Jumat, 21 Desember 2007

Penyucian Jiwa, Kunci Kadar Perubahan Perilaku

Sekali lagi, kunci implementasi perubahan budaya adalah berubahnya perilaku individu. Perubahan perilaku individu selalu melalui proses belajar atau dikenal dengan istilah pembelajaran. Tiga cara belajar yang sangat dominan dilakukan melalui Visualisasi/Imajinasi, Auditori, Kinestetik (VAK) dan lazimnya diawali dengan berpikir. Terbentuknya pola pikir seseorang atau individu, karena yang bersangkutan mempunyai akal atau daya pikir, yaitu potensi yang disiapkan untuk menerima ilmu pengetahuan. Pola pikir dapat menjadi sumber daya bagi organisasi atau rintangan yang mengurangi efektifitas organisasi. Belajar bagaimana proses berpikir, berpikir dan belajar akan menyelamatkan manusia dari lembah kehancuran dan mampu mendorong manusia pada kemajuan peradaban.

Peningkatan pembelajaran personal akan meningkatkan pertumbuhan dan kemampuan akal, sedangkan peningkatan pembelajaran organisasional akan meningkatkan kapabilitas organisasi. Kemampuan akal bisa ditingkatkan melalui pengalaman kegiatan intelektual, seperti meneliti fenomena alam, berupa penggantian siang dan malam, proses turunnya hujan dan lainnya ataupun dari implementasi perubahan budaya ini. Secara umum ability (kemampuan) individu adalah kapasitas para individu untuk melaksanakan berbagai tugas dan aktivitas dalam suatu pekerjaan/jabatan.

Fungsi akal dapat mengenali tentang baik & buruk, berguna & sia-sia, sebab-akibat dan bebas memilih dalam menanggapi sesuatu hal namun tidak dapat memutuskannya. Akal dapat memberikan masukan kepada hati dan mengendalikannya guna membimbing perilaku. Hati bekerja dengan jaringan akal dalam memahami dan menampung realitas sekelilingnya serta menerapkan daya dan kepekaan emosi secara efektif;

Meskipun berpotensi bisa sama dengan akal, hati berfungsi memutuskan sesuatu hal dan harus dipertanggungjawabkan dikemudian hari. Kadar kandungan hati dapat berubah-ubah dari titik nol, titik ekstrim, lalu ke titik ekstrim lainnya serta dapat bergerak liar, menentang atau melumpuhkan akal. Terbelenggu pada kepentingan sesaat seringkali menjadi penyebab yang melumpuhkan akal. Titik pergerakan ini adakalanya dikenal sebagai keras hati, hati bersih atau mati akal.

Hati Nurani (sering juga disebut suara hati) adalah kondisi hati dan akal yang optimal tingkat kesehatannya. Fungsinya mengoreksi penyimpangan yang dilakukan oleh hati & akal. Kumpulan suara hati telah tertanam pada diri setiap individu dan selalu mampu memandang hakekat kebenaran.

Agar lebih jelas, sistem kejiwaan yang terdiri atas hati (qalbu), akal, hati nurani, roh dan jasad (tubuh) diperagakan pada bagan Sistem Kejiwaan. Sedangkan pergerakan hati dalam jiwa, diperagakan pada bagan Pergerakan Hati Dalam Jiwa.
Beberapa contoh kondisi kejiwaan (suara hati) adalah tanggung jawab, integritas, visi, misi, menata, jujur, peduli, adil, kerjasama, disiplin, pemberi manfaat, pemberi petunjuk dan lainnya. Seperangkat suara hati yang dipilih dan dianggap penting, berharga dan dianut kuat serta dijunjung bersama dan merasa terikat kepadanya disebut sebagai tata nilai.

Didalam organisasi, tata nilai merupakan sumber kekuatan, energi dan motivasi yang dapat menyatukan berbagai pandangan dalam mengambil sikap, tindakan, keputusan dan berperilaku. Berubahnya perilaku individu secara luas berdasarkan Profil Budaya Organisasi dan tata nilai yang dianut bersama, mengakibatkan terjadinya implementasi perubahan budaya. Tata nilai (values) mengarahkan pembuatan keputusan dari setiap anggota organisasi, membantu organisasi dalam menjalankan misi guna mencapai visi.

Dipahaminya values diri sendiri dan orang lain akan membantu dan memudahkan dalam memimpin diri sendiri dan orang lain. Semakin dilibatkan personil dalam menciptakan values suatu organisasi, semakin mereka merasa memilikinya. Selanjutnya semakin sederhana, langsung dan mudah dipahami values yang diciptakan dan dibangun tersebut serta dimotivasi dan diorganisasikan melalui shared values maka semakin mempunyai keunggulan kompetitif yang lebih baik.

Para pemimpin tidak hanya mengkomunikasikan komitmennya terhadap values yang telah dibangun dan dimiliki bersama, tetapi values tersebut memaksa setiap orang menggunakannya setiap hari dalam pekerjaan. Sukses yang sessungguhnya tidak datang dari pernyataan values, namun dari pelaksanaan values tersebut secara terus menerus. Mengingat values berperan sebagai sumber kekuatan dan fondasi/acuan dasar dalam mengambil keputusan bagi jajaran organisasi maka values harus menjadi ‘atasan’ bagi para anggota organisasi agar diyakini sebagai sumber kekuatan yang sesungguhnya. Dengan demikian didalam organisasi hanya ada satu “atasan” yang sejati yaitu values organisasi yang dibangun sesuai kontribusi dari para anggota atau pegawainya.
Tujuan penghayatan tata nilai adalah diperolehnya kemampuan untuk membimbing jajaran organisasi agar mereka mengubah keyakinannya sendiri serta mengindentifikasi dan membangun tata nilainya. Keyakinan dan tata nilai yang tertanam pada dirinya akan menjadi sumber kekuatan yang mendasari motivasi dan perilakunya dalam bertindak. Tata nilai & keyakinan yang dianut secara luas, dijunjung bersama dan merasa terikat kepadanya akan membentuk “Corporate Culture” atau ”Organizatinal Culture”. Budaya organisasi yang solid dan sesuai tuntutan organisasi akan memberi semangat dan sumber kekuatan dalam mengambil keputusan dan peningkatan keunggulan organisasi.

Kekuatan penggerak dan kunci sukses yang sesungguhnya dalam menghadirkan budaya organisasi tidak akan datang dari pernyataan yang tercantum pada sistem nilai organisasi, namun dari tindakan nyata yang realistik dan dapat diteladani.
Ketika suatu permasalahan atau penyimpangan terjadi pada diri kita, perlu segera dikaitkan penilaian & pemecahannya, yang berasal dari suara hati kita sendiri yang bersifat universal. Tentunya hal ini harus diawali dan telah terjadi penjernihan pikiran & hati.

Kemerdekaan berpikir, dan penyucian jiwa dengan kejernihan hati dan pikiran, akan senantiasa menghasilkan sesuatu yang dapat menembus batas. Untuk itu hendaknya kita senantiasa melakukan upaya penyucian jiwa agar terbiasa muncul suara hati yang sesungguhnya dan bersifat universal. Upaya penyucian jiwa adalah kunci peningkatan kadar perubahan perilaku. Upaya ini mencakup:
Penyucian berpikir; upaya ini diperlukan karena adanya potensi yang berhubungan dengan pikiran & pandangan
Penyucian cara merasa; upaya ini diperlukan karena adanya potensi yang berhubungan dengan lahirnya tingkah laku dan biasanya dilakukan dengan perenungan terhadap penciptaan sistem tubuh kita atau dari fenomena alam. Dalam perenungan yang mendalam adakalanya muncul didalam suara hati kita sendiri, yaitu mengapa dan untuk apa kita hidup, lalu apa misi kehidupan yang harus kita emban.
Keberhasilan penyucian jiwa dengan kejernihan hati dan pikiran, sebagian besar amat dipengaruhi oleh hubungan antar manusia dari peran perilakunya.. Peningkatan peran perilaku akan mampu mendorong manusia untuk peningkatan keunggulan organisasi dan kemajuan peradaban, atau dapat pula menjadi rintangan yang mengurangi efektifitas organisasi.
Namun dilain pihak, normalnya setiap manusia memiliki kondisi kejiwaan (suara hati) yang mampu memandang hakekat kebenaran. Dipandang dari hakekat kebenaran ini dan dengan tidak menyederhanakan persoalan, tata nilai yang patut dianut sebagai ukuran benar-salah atas suatu keputusan haruslah langsung bersumber pada Kebenaran Yang Mutlak. Oleh karena itu implementasi budaya organisasi dengan penyucian jiwa sesuai suara hati, tata nilai organisasi dan Profil Budaya Organisasi akan senantiasa menghasilkan kinerja cemerlang dan keunggulan kompetitif yang dapat menembus batas.




Tidak ada komentar: